Kesimpulan tentang “Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya” dan implementasinya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah
Pemimpin pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan menjadi agen perubahan yang mampu menginspirasi dan memfasilitasi pembelajaran yang bermakna bagi murid. Dengan kepemimpinan yang kuat, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan murid secara optimal. Di samping itu, seorang pemimpin pembelajaran harus mampu dalam mengelola sumber daya. Ia juga berperan penting dalam mengoptimalkan segala jenis aset/modal yang ada di lingkungan sekolah, atau daerah sekitarnya, baik itu aset/modal manusia, modal fisik, modal sosial, modal finansial, modal politik, modal lingkungan/alam, dan modal agama/budaya menggunakan pendekatan berbasis aset. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua sumber daya tersebut digunakan secara efektif dan efisien dalam mendukung proses pembelajaran yang berkualitas dan berpihak pada murid. Oleh karena itu pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya harus memiliki visi yang jelas, membangun rencana yang detail bagaimana sumber daya akan dialokasikan atau digunakan, membuat keputusan yang tepat, kolaborasi dengan berbagai pihak seperti guru, orang tua, dan komunitas, serta mengevaluasinya secara berkala terkait penggunaan sumber daya yang ada.
Di dalam kelas guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengelola aset yang ada di sekolah dapat mengoptimalkan penggunaan ruang kelas dengan mengatur tata letak yang mendukung berbagai aktivitas pembelajaran seperti diskusi kelompok, presentasi, atau belajar mandiri. Kemudian guru juga dapat menggunakan buku-buku pelajaran, alat peraga serta media pembelajaran yang ada di lingkungan sekolah secara kreatif untuk menciptakan pengalaman belajar yang menarik dan bermakna bagi murid.
Kemudian di lingkungan sekolah, pemimpin pembelajaran dapat memaksimalkan potensi perpustakaan dengan membuat suasana yang menarik dan koleksi bacaan yang lengkap dengan berbagai jenis buku, e-book, atau hal lainnya yang dapat meningkatkan minat dan kemampaun literasi murid. Selain itu juga dapat dengan mengalokasikan anggaran secara bijaksana untuk program-program yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran.
Pengelolaan sumber daya pada masyarakat sekitar sekolah, pemimpin pembelajaran dapat membangun kemitraan atau melibatkan masyarakat atau lembaga lain sehingga mampu menciptakan sinergi yang positif dan rasa saling memiliki atau tanggung jawab bersama terhadap keberhasilan pendidikan anak-anak secara berkelanjutan.
Hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas
Untuk menciptakan lingkungan belajar yang berkualitas dan bermakna bagi murid kuncinya terletak pada pengelolaan sumber daya yang efektif dan baik. Misalnya saja sekolah yang memiliki aset fisik berupa perpustakaan dan berbagai jenis buku, majalah, dan media pembelajaran lainnya, dapat memudahkan murid dalam menemukan bahan bacaan yang sesuai minat dan kebutuhan belajar mereka. Sehingga merangsang rasa ingin tahu dan kemampuan bernalar kritisnya. Contoh lainnya, yaitu ruangan kelas yang bersih, nyaman dan dilengkapi perlengkapan belajar yang memadai seperti meja, kursi, papan tulis, dan proyektor, hal tersebut membuat murid merasa nyaman dan fokus dalam belajar. Lingkungan belajar yang kondusif mendukung konsentrasi dan meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Selain hal tersebut, guru dan tenaga kependidikan yang merupakan salah modal yang berkaitan langsung dalam proses pembelajaran murid yang berkualitas, tentu harus dimaksimalkan pula potensinya melalui kegiatan pengembangan diri yang diadakan sekolah atau belajar mandiri seperti bimtek, diklat, workshop dan kegiatan lainnya yang mendukung peningkatan kompetensi diri masing-masing. Kemudian modal sosial melalui komunitas belajar sekolah, MGMP untuk meningkatkan kompetensi guru dan kerjasama dengan pihak puskesmas untuk meningkatkan mutu kesehatan sekolah melalui UKS.
Sebelumnya juga telah dibahas bagaimana modal finansial dimanfaatkan dalam penyusunan program prioritas dan kebutuhan sekolah sehingga mendukung keberlangsungan proses pembelajaran yang berkualitas. Kemudian modal politik melalui keputusan-keputusan penting kepala sekolah, dan kerjasama dengan instansi/dinas terkait di pemerintah daerah untuk mendukung program-program sekolah. Selanjutnya modal agama dan budaya untuk melestarikan budaya kearifan lokal seperti belajar tari tradisional dan kegiatan keagamaan seperti pesantren kilat dalam kegiatan penguatan pendidikan karakter di bulan ramadhan, serta memperingati hari besar keagamaan dengan melibatkan tokoh agama di sekitar sekolah yang bertujuan untuk menjadikan murid beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta berkebinekaan global.
Contoh kaitan materi ini dengan modul lain yang didapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak
Di modul 1.1 Filosofi Ki Hadjar Dewantara (KHD), Ing Ngarso Sung Tulodho (di Depan Memberi Contoh), menjelaskan bahwa seorang pemimpin pembelajaran harus menjadi teladan bagi guru dan murid dalam memanfaatkan secara efektif dan efisien. Guru harus menunjukkan bagaimana sumber daya seperti buku, alat peraga, teknologi, dan waktu dapat digunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kemudian Ing Madya Mangun Karso (di Tengah Membangun Semangat), pemimpin perlu menciptakan suasana kolaboratif di mana guru, murid, dan masyarakat, semangat gotong royong akan tercipta dan sumber daya dapat dikelola secara lebih efektif. Yang terakhir ada Tut Wuri Handayani (di Belakang Mendorong dan Memberi Kekuatan), pemimpin harus memberikan dukungan kepada guru dan staf dalam upaya mereka untuk mengelola sumber daya. Dukungan ini dapat berupa pelatihan, fasilitas, atau kebijakan yang mendukung. Tentu harapannya adalah agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan pada diri murid sebagai manusia dan anggota masyarakat.
Pada modul 1.2, nilai-nilai dan peran yang melekat pada sosok guru penggerak sejalan dengan konsep pemimpin pembelajaran, terutama dalam konteks pengelolaan sumber daya. Dimana seorang guru penggerak diharapkan mampu mengidentifikasi kebutuhan sumber daya di lingkungannya, kemudian mencari solusi dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara mandiri atau berkolaborasi dengan pihak lain. Kemudian senantiasa mengevaluasi efektivitas penggunaan sumber daya dan tidak takut mencoba hal-hal baru dalam mengelola sumber daya serta mampu menciptakan solusi-solusi kreatif untuk mengatasi keterbatasan sumber daya. Yang pada akhirnya semua upaya pengelolaan sumber daya yang dilakukan oleh guru penggerak bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bagi murid.
Pada modul 1.3, Visi Guru Penggerak yang berfokus pada pengembangan murid sebagai pusat pembelajaran, memiliki keselarasan yang kuat dengan peran pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya di sekolah. Melalui visi tersebut harapannya dapat mendorong guru memanfaatkan semua sumber daya yang ada untuk menciptakan lingkungan belajar yang optimal bagi setiap murid. Kemudian Berinovasi dalam penggunaan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan belajar yang beragam dari murid. Tidak lupa untuk melibatkan murid dalam proses pengambilan keputusan terkait penggunaan sumber daya. Hal ini sejalan dengan konsep pemimpin pembelajaran yang efektif, di mana pemimpin tidak hanya sekadar mengelola sumber daya, tetapi juga memastikan bahwa sumber daya tersebut digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berpusat pada murid.
Pada modul 1.4, Budaya positif di sekolah merupakan pondasi yang kuat untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung. Ketika budaya positif tertanam kuat, pengelolaan sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien. Kemudian dengan budaya positif setiap anggota komunitas sekolah merasa memiliki dan bertanggung jawab atas sumber daya yang ada. Hal ini mendorong mereka untuk menjaga dan merawat sumber daya dengan baik. Kemudian mendorong kolaborasi antara guru, murid, dan staf, serta masyarakat dalam mengelola sumber daya. Hal ini memungkinkan pemanfaatan sumber daya secara optimal dan kreatif.
Pada modul 2.1, Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa setiap murid memiliki gaya belajar, minat, dan kecepatan belajar yang berbeda-beda. Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi secara efektif, diperlukan pengelolaan sumber daya yang baik dan cermat oleh pemimpin pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi membutuhkan beragam jenis sumber daya, baik itu materi ajar, alat bantu, maupun teknologi. Pemimpin pembelajaran harus memastikan bahwa sekolah memiliki sumber daya yang cukup dan bervariasi untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap murid. Dengan demikian, setiap murid dapat mencapai potensi terbaiknya.
Pada modul 2.2, Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) mengajarkan murid tentang empati, kerjasama, dan rasa hormat. Nilai-nilai ini menjadi fondasi bagi terciptanya budaya positif di sekolah. Budaya positif yang kuat akan mendorong murid untuk menjaga dan merawat sumber daya sekolah dengan baik. Kemudian melalui pembelajaran PSE, murid diajarkan tentang tanggung jawab atas tindakan mereka. Hal ini mendorong murid untuk bertanggung jawab dalam penggunaan sumber daya sekolah. Selain itu, Lingkungan belajar yang aman dan inklusif sangat penting untuk mendukung pembelajaran sosial emosional. Pemimpin pembelajaran dapat menciptakan lingkungan seperti ini dengan membangun hubungan yang positif dengan murid, guru, tenaga kependidikan dan masyarakat.
Pada modul 2.3, Coaching ini memiliki peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan pemanfaatan sumber daya secara optimal. Melalui coaching, guru dapat diajarkan cara memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada di sekolah secara efektif dan efisien untuk mendukung pembelajaran. Kemudian mendorong guru untuk berpikir kreatif dalam mencari solusi dan mengembangkan inovasi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik murid dan sumber daya yang tersedia.
Pada modul 3.1, dalam mengoptimalkan sumber daya yang ada, tentu diperlukan pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan, berdasarkan pertimbangan terkait 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan, sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan dan konsisten dilakukan. Melalui proses tersebut, pengelolaan sumber daya akan menjadi efektif dan efisien serta dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran yang berpihak pada murid.
Hubungan antara sebelum dan sesudah mengikuti modul ini, serta pemikiran yang sudah berubah setelah mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini
Sebelum mengikuti atau mempelajari modul ini, di sekolah saya masih fokus terhadap kekurangan-kekurangan yang ada pada diri saya, murid, pimpinan, maupun sekolah. Kemudian belum memahami dan mengenali aset/modal yang ada di sekitar saya serta strategi dalam memanfaatkan aset-aset yang ada di sekolah.
Namun setelah mempelajari modul 3.2 ini, saya memahami dan menyadari sebagai seorang pemimpin pembelajaran tidak hanya fokus memikirkan kekurangan atau kelemahan yang dimiliki sekolah, tetapi mulai mengubah sudut pandang pada kekuatan aset/modal yang dimiliki untuk dapat dikelola dan dimaksimalkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang berpusat pada murid dan mendukung program-program sekolah. Kemudian sebagai pemimpin pembelajaran, kemampuan untuk mengelola sumber daya secara efektif dan efisien akan sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran yang terjadi di sekolah dan pencapaian visi dan misi sekolah itu sendiri.
Demikian koneksi antarmateri pada modul 3.2. Mohon saran dan masukan yang membangun bagi para pembaca sekalian. Salam dan Bahagia. Terima kasih 🙂
Penulis: Arif Widodo, S.Pd. – CGP Angkatan 10